Entri yang Diunggulkan

Perbandingan Gunung Kerinci dan Gunung Rinjani

Wednesday, 9 March 2016

Pulau Bulang Lintang, Wisata Sejarah Menilik Kisah Temenggung Abdul Jamal dan Pusaka Warisan


www.activejourney.net  
Pulau Bulang Lintang merupakan pulau di sebelah barat perairan Kota Batam. Untuk menuju kesana harus melalui selat selat sempit sekitar 20-30 menit menggunakan perahu motor berupa speedboat atau pancung atau pompong dari Pelabuhan Sagulung Batam. Siapa sangka di pulau yang saya simpulkan 'sedikit' lambat tersentuh pembangunan ini tersimpan sejarah besar  Kerajaan Melayu atau Kesultanan Melaka - Kesultanan Johor

Kesultanan Melaka sendiri dalam urusan kenegaraan telah memiliki susunan tata pemerintahan yang rapi.
Sultan Malaka memiliki kekuasaan yang absolut, seluruh peraturan dan undang-undang merujuk kepada Raja Malaka. Sementara dalam administrasi pemerintahan Sultan Malaka dibantu oleh beberapa pembesar, diantaranya Bendahara, Tumenggung, Penghulu Bendahari dan Syahbandar. kemudian terdapat lagi beberapa menteri yang bertanggungjawab atas beberapa urusan negara. Selain itu terdapat jabatan Laksamana yang pada awalnya diberikan kepada kelompok masyarakat Orang Laut atau Suku laut.

Sedangkan sejarah Kesultanan Johor sendiri  dimulai pada masa pemerintahan Kesultanan Malaka. Sebelumnya daerah Johor merupakan bagian dari Kesultanan Malaka,  kemudian Malaka jatuh akibat penaklukan Portugal pada tahun 1511. Berdasarkan setelah wafatnya Sultan Malaka, Mahmud Syah tahun 1528 di Kampar,  Sultan Alauddin Syah, salah seorang putra raja Malaka, menjadikan Johor sebagai pusat pemerintahannya dan kemudian dikenal sebagai Kesultanan Johor (wikipedia)

Sebagai pewaris Malaka, Sultan Johor menganggap wilayah Johor, Pahang, Selangor dan Singapura,  Kepulauan Riau dan daerah-daerah di Sumatera seperti Deli, Siak, Rokan, Indragiri, Batu bara, dan Jambi sebagai wilayah kedaulatannya.

Riwayat Ringkas Temenggung Abdul Jamal
Temenggung adalah gelar pembesar di bawah raja atau sultan yang di kenal dalam system pemerintahan kerajaan Melayu - Johor - Riau - Pahang yang merupakan salah satu dari empat pembesar yang memiliki mohor kebesaran berupa cap dan sebuah bendera yang dinamakan Fajar Menyingsing 

Suntingan sejarah di dinding pagar makam temenggung Abdul Jamal

Dikutip dari buku PRINCE OF PIRATES : The Temenggongs and the Development of Johor and Singapore 1784-1885, pada abad ke-18 Kesultanan Johor masuk ke Riau. Di sinilah diangkat Temenggung dari bagian dari keluarga Kesultanan Johor dan merupakan perwakilan Kerajaan Johor setelah tahun 1669. Temenggung pertama pada abad ke 18 adalah Temenggung Abdul Jamal yang merupakan cucu dari pendiri dinasti Johor ke-2 (e-book Prince of Pirates)

Genealogy (silsilah) of Temenggong Abdul Jamal

Tun Abdul Jamal merupakan Temenggung pertama yang memulai garis ketemenggungan, setelah itu jabatan ini diteruskan oleh keturunannya langsung. Disebut seperti itu karena sebelum beliau menjabat sebagai Temenggung, sama seperti Bendahara (yang juga di jabat oleh ayahnya), jabatan itu berkutat dalam lingkaran keluarga Kesultanan Johor. Temenggung Abdul Jamal, menyandang  jabatan  Temenggung  atau penguasa daerah  yang ditunjuk Sultan Johor-Riau. Dalam catatan sejarah Temenggung Abdul Jamal lahir pada 1720.   Ia adalah putra dari Tun Abbas, Datuk Bendahara Kerajaan Johor-Riau.

Johor Lineages and Office

Pulau Bulang
Pulau Bulang telah dijadikan sebagai basis daerah perintah Temenggung sejak tahun 1722 hingga 1824,  Pulau Bulang, juga telah menjadi satu kurnia Sultan Sulaiman Badrul AlamSyah (sultan Riau yang pertama)  bagi kelurga Temenggung Riau-Johor. Dan sejak tahun 1722 pulau ini telah dijadikan "markas besar" keluarga Temenggung yang merupakan cabang kecil dinasti Bendahara yang memerintah Riau-Lingga-Johor-dan Pahang(antarakepri.com)

Pada tahun 1736 Bendahara Johor-Riau Seri Maharaja Tun Abbas, kakanda Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah mangkat di Pulau Bulang. Meninggalkan tiga orang anak laki-laki, antara lain: Tun Abdul Jamal yang kemudian menjadi Temenggung Johor-Riau yang berkedudukan di Paulau Bulang; Tun Hasan kemudian menggantikan posisinya sebagai Bendahara. dan tahun 1765 Temenggung Abdul Jamal wafat dan juga dimakamkan di Pulau Bulang.

Pulau Bulang merupakan sebuah kelurahan yang terdiri dari 9 RT, 5 RT di Pulau Bulang Lintang dan 4 RT di Pulau Bulang Kebam, terpisah dengan selat pendek dengan perairan yang cukup tenang. Penduduknya sendiri menurut Pak Abdurahman, Ketua RT 01 berjumlah kurang lebih 400 kepala  keluarga. 

Makam Temenggung Abdul Tamal terletak di Pulau Bulan Lintang. setelah bersandar di Dermaga Pulau Bulang Lintang, dengan menyusuri jalan beton dengan lebar hanya 1,5 meter. Sekitar 10 menit kita akan menjumpai gapura yang didirikan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan yang menunjukan makam sebagai lokasi wisata religius.
Gapura makam
dari gapura, dapat terlihat areal makam yang dipagari dengan bangunan yang cukup tinggi. Luas areal makam sekitar 15 x 20 meter persegi dan terdapat satu bangunan makam yang mencolok. Selain bangunan makamnya lebih tinggi dari puluhan makam lainnya juga diberi atap yang ditopang empat pilar dan berlantai sebagai tempat duduk peziarah, itulah makam Temenggung Abdul jamal. Sama halnya dengan  makam yang lain tiap nisan di kompleks makam tersebut dibalut kain kuning, warna kebesaran Kerajaan Melayu Johor-Riau. Warna ini sangat familiar bagi saya saat mengunjungi Pulau Penyengat.
Area Makam Temenggung Abdul Jamal
Area makam Temenggung Abdul Jamal
Selain makam, di area wisata religi ini juga terdapat sebuah museum yang awalnya akan digunakan untuk menyimpan pusaka sejarah Temenggung  Abdul Jamal berupa dua keris berlekuk tiga, tongkat raja, pedang, dua tombak berbalut bulu kuda, dan separuh potongan kelapa laut. Separuh potongan kelapa laut itu konon adalah tempat membasuh kaki Temenggung Abdul Jamal, dan menurut cerita juga separuh pasangannya berada di Johor. Namun, benda pusaka itu tak pernah menghuni museum karena pemegang pusaka yakni keluarga Raja Halidah dan Mustafa tak mengizinkannya.
pusaka sejarah yang tersisa
berfoto bersama pak Mustafa dan Pak RW
Meski pemegang benda pusaka, Mustafa tak bisa memastikan, apakah keluarga istrinya termasuk keturunan Temenggung Abdul Jamal. Tak ada catatan tertulis soal silsilah keturunan Temenggung Abdul Jamal di keluarga mereka. Yang Mustafa tahu, mertuanya bernama Raja Umar bin Raja Yahya. beliau tidak mengetahu silsilah di atas Raja Yahya.
saya  mencoba mengamati keris pusaka
Mustafa sendiri adalah perantauan dari Adonara, Nusa Tenggara Timur. Ia datang ke Bulang Lintang sekitar tahun 1962. Belum banyak penduduk di sana, hanya ada tiga kepala keluarga. Setahun kemudian, Bulang Lintang menjadi basis tentara saat Indonesia sedang berkonfrontasi dengan Malaysia. .
Di masa-masa konfrontasi itulah, kata Mustafa, ia menikah dengan Raja Halidah, anak Raja Umar penjaga pusaka sebelumnya. Sehingga saat ini beliaulah yang dipercaya menjaga pusaka-pusaka tersebut.
Museum Cik Puan, museum yang terbengkalai
Masih ada beberapa makam di sekitar areal makam Temenggung Abdul Jamal. Namun tidak ada keterangan berupa batu nisan, dan saat kami bertanya dengan penduduk setempat pun sangat minim informasi yang kami dapatkan. Menurut warga sekitar pulau ini juga sering dikunjungi wisatawan  dari Malaysia yang ingin berziarah. Dengan potensi wisata religi dan sejarah yang luar biasa perlu kerjasama  dari pemerintah dan kesadaran warga sekitar untuk menjadikan Pulau Bulang Lintang sebagai lokasi wisata unggulan di Indonesia, khususnya di Kepulauan Riau (Batam).

Berikut video kondisi makam Temenggung Abdul Jamal, pusaka warisan sejarah serta kondisi Pulau Bulang Lintang





Active Tips to Bulang Island


- Go to Sagulung Port, when you find the gate/portal keep going straight and you will find the harbour.
- I rode motorbike there and can find parking area easily. I still have no idea where we can park a car there.
- In the harbour (I guess) there are 2 places where there is small boat to head to Bulang island, the first near parking area. there is some kind like a rental boat that the fare is Rp 150.000 no matter how many person. what I saw, the capasity is up to 10 persons. or the 2nd place you must go out from parking area and go to the right side. There is 'the real' transportation from Batam to Bulang island that used by people daily. the cost is flat Rp 20.000 one way. So it is up to you which one you prefer to
- It is hard to find food stall there even a 'warung'. So prepare yourself by bringing staple food.
- Please report yourself to Commune Leader or Neighbourhood Leader once you reach Bulang Island, esp if you want to spend a night there. They probably will offer you a place to stay.
- If you love photograph, the sunrise is so awesome. Combining with a fisherman paddle their boat manually, you can get a great picture there.





4 comments:

  1. Kerren hahaaa....panjang banget silsilahnya.kutukan muntah darah kok gak ditulis biar mistis

    ReplyDelete
  2. haduh...besok2 kayaknya musti beli recorder kalo ketemu wisata beginian mbak waro...catatan pun gak bawa,,,hadeeeuuhhh..
    eh makasih udah mampir di blog anak pulau ya...

    ReplyDelete
  3. aku gg di ajak :'(

    ReplyDelete